Putus
cinta adalah saat-saat tersulit yang sangat menyedihkan dan terkadang
menyakitkan. Hari-hari dipenuhi kelabu hitam dan menjadi tak bermakna lagi.
Seperti itulah yang aku rasakan. Tak menyenangkan. Jantung terasa tak bisa
bernafas, detaknya bagaikan tik tik tik bom yang siap kapan saja meledakkan isi
hati. Hati dan pikiran hanya mendambakan sang kekasih hati untuk datang menemui
dan mengulangi yang pernah terjadi kemarin yang terasa indah dan menyenangkan.
Tapi kenyataannya adalah ia telah pergi dari kehidupanku.
Sebut
saja namaku Tina. Nama yang sama dengan mendiang ibu ku. Minggu-minggu liburan
akhir semester ini terasa begitu lama. Padahal awalnya aku merasa liburan ini
akan menjadi sangat menyenangkan dan merasa tak cukup hari untuk
menghabiskannya. Merasa cukup sangat bosan aku memutuskan untuk berkujung ke
toko buku yang jauh dari rumah ku. Hal itu sengaja aku lakukan agar perjalanan
menjadi lama dan waktu pun berlalu cukup banyak sehingga pulang ke rumah nanti
aku tinggal tidur. Ide yang cukup bagus.
Tak
ada buku-buku yang berhasil menarik perhatian ku di sini. Kaki ku tlah lelah
mengelilingi rak demi rak. Cukup lama aku berdiri membaca-baca judul novel yang
menarik untuk dibaca, namun aku dikejutkan oleh suara seorang pria yang menyapa
ku. Aku menoleh dan aku mengenalinya. Dia adalah kakak tingkat ku di kampus
yang telah lulus mendahului aku. Ya iyalah mendahului aku namanya juga kakak
tingkat. Seingat ku namanya Raju tapi tak tau juga kalau ternyata aku salah.
Aku hanya tersenyum membalas sapaannya. Ya ampun kenapa cuma tersenyum sih?
Kenapa tak ku balas sapaannya. Baru ketemu cowok ganteng gini aja udah grogi
dan kehabisan kata-kata.
“Hobi baca novel ya?”
“Ngg,
nggak juga sih. Tapi aku memang suka baca.”
“Kamu sendirian aja?”
“Ya.”
Aku melihat tanda tanya besar di wajahnya. Apakah aneh melihat seorang gadis
berjalan-jalan sendiri di toko buku? Menurut ku itu memang benar, hal yang tak
biasa terjadi. Tapi aku memang suka menghabiskan waktu ku dengan diri ku
sendiri.
“Jarang sekali aku melihat
seorang wanita berjalan-jalan sendirian. Biasanya para wanita itu berkumpul
bersama teman-temannya, tertawa dan bergosip. Tapi kamu ....”
kata-katanya terhenti dan ia tersenyum kepada ku.
“Kenapa
dengan aku?”
“Tidak tidak. Tidak kenapa-kenapa sih”.
Lagi-lagi ia tersenyum.
Aku
mengambil satu novel sembarang dan aku berjalan menuju kasir dan
meninggalkannya.
“Hei, tunggu. Udah selesai
ya belanjanya?”
“Iya”
“Mau kemana selanjutnya?”
Mau
kemana ya aku. Padahal tadinya aku ingin membaca buku saja di toko buku ini.
Tapi karna kehadirannya membuatku salah tingkah dan aku pun menjadi bingung
kenapa aku harus membeli buku.
“Bagaimana kalau kita ke
rumah es krim di seberang toko ini? Kebetulan juga aku sendirian.”
Kebetulan
apanya coba. Aduh ini jantung ku mau copot kalau terus-terusan dia masih ada di
sini. Tapi tak tau mau kemana lagi setelah ini. Apa aku terima saja ya
ajakannya. Lumayan juga makan es krim di sore hari, dan itu makanan kesukaanku.
Siapa tau juga setelah itu aku udah bisa bersikap normal lagi dan tak grogi
serta salah tingkah seperti ini.
“Hmm,
es krim ya? Boleh juga.”
Kami
berjalan menuju rumah es krim yang hanya berjarak beberapa langkah. Sembari
berjalan aku berpikir. Dia tidak membeli apa-apa dari toko buku tadi dan ia tak
ditemani siapa-siapa dan tiba-tiba dia mengajakku makan es krim. Aneh sekali.
“Ngg,
pacar mu apa kabarnya, kak?”, tanyaku mencoba mencairkan suasana.
“Pacar?? Pacar yang mana?”
“Anjali”
“Oh, sudah lama putus.”
“Putus?
Cepat amat.”
“Ya biarin aja. Tak usah di
bahas lagi karna aku tak ingin mood ku menjadi tidak baik.”
Aku
jadi bingung mau bicara apa lagi. Ku putuskan untuk diam sajalah sambil
menghabiskan es krim ku.
“Bagaimana liburan mu? Asyik
nggak?”
“Hmm.
Biasa aja.”
“Biasa aja gimana?”
“Nggak
ada yang special.”
“Kenapa bisa gitu?”
“Ya
karna nggak ada orang yang special.”
“Emangnya siapa?”
“Inisialnya
R dan kepanjangannya Ra-ha-si-a.”
“R ? Aku donk.”
Glek.
Tiba-tiba langsung tertelan es krim. Kenapa dia bisa berpikiran seperti itu?
Padahal kan aku cuma bercanda. Lagian siapa juga coba inisial R. Mantan pacarku
kan inisialnya A dan mantan gebetanku juga inisialnya A. Aku cuma asal-asalan
aja tadi. Kenapa dia kepedean gitu sih. Emang yang inisial namanya R dia doank
apa.
“Kepo
amat sih.”
“Penasaran aja. Ayo cerita
donk siapa.”
Ini
cowok kenapa sih. Kesambet setan dimana coba? Nggak ada hujan nggak ada geledek
juga. Dan pertemuan ini pun juga sangat teramat aneh. Aku bingung dan super
duper bingung.
“Liat
aja di blog ku. Nanti juga bakalan tau sendiri siapa orangnya.”
“Oke nanti malam kakak liat
blognya. Tapi ceritain donk. Dikit aja.”
“Nggak
mau. Kepo amat sih jadi orang.”
Tak
terasa gelap pun tlah menyelimuti sore yang cerah ini. Aku pamitan dan pulang
duluan. Aku berjalan tergesa-gesa mengambil kendaraanku di parkiran dan pulang
ke rumah. Sesampainya di rumah aku merasakan seperti aku melupakan sesuatu. Sejenak
aku mengingat-ingat. Ya ampun novel ku ketinggalan di rumah es krim tadi. Ya
sudah mau di apakan lagi. Mau balik ke sana belum tentu juga masih ada
novelnya. Lagian aku juga tak begitu tertarik untuk membacanya. Membelinya pun
asal-asalan ambil aja.
Ponselku
tiba-tiba berbunyi. Notifikasi dari akun twitterku. Ternyata dari Kak Raju.
“Udah di baca nih cerpennya.
Nggak ngerti. Siapa sih? Masih penasaran.”
“Ya
ampun gitu aja kok nggak bisa ngerti.”
Jreeeeng.
Entah kesambet apa juga aku malam ini dengan gamblangnya ku ceritakan kisah
percintaanku di masa lalu yang lumayan aneh kepadanya. Tak terasa malam kian larut dan obrolan masih
berlanjut hingga dini hari.
Keeseokkan
malamnya ia kembali mengirimkan pesan langsung kepada ku. Kali ini tak membahas
tentang pria-pria di masa lalu ku. Hanya percakapan santai biasa. Aku mencoba
mencari tau tentang wanita-wanita di masa lalunya. Hanya sebagai aksi balas
dendam ku karena ia telah berhasil mengintimidasi ku semalam. Curang sekali
pria ini, dia menutup-nutupi masa lalunya dari ku. Aku merasa terzholimi. Awas
saja nanti ya. Tak apa aku tak berhasil mencari taunya tapi nanti aku yang akan
menjadi wanita di hidupnya. Eeeh apa-apaan ini kok bisa mikir gitu. Error ini
otak ku.
Malam
selanjutnya ia kembali mengirimiku pesan dan kami bertukar nomor ponsel. Sejak
itu pula ia sekarang rajin mengirimi ku sms. Hampir setiap malam aku membalas smsnya.
Kenapa rasanya nyaman sekali ya. Tak mungkin secepat ini aku jatuh cinta. Ini
hanya rasa senang belaka karena dapat teman baru.
Siang
ini aku bertengkar dengan kakak ku. Rasanya aku ingin pergi saja dari rumah ini.
Aku mengambil ponselku dan menghubungi mantanku. Memintanya menjemputku dan
pergi menenangkan diri. Baru 10 bulan yang lalu aku memutuskan hubungan kami
setelah 2 tahun lebih aku mencoba bertahan dengannya.
Saat
awal perpisahan kami, aku merasa sangat terpuruk. Seperti yang aku jelaskan di
awal cerita tadi. Aku seperti kehilangan separuh hatiku. Dan rasa perih itu
masih sering muncul jika aku teringat tentangnya. Tak mudah melupakan orang
yang telah berhasil membantumu bangkit dari keterpurukkanmu sebelumnya. Tapi
rasa sakit ini lebih perih dari keterpurukkan ku kehilangan cinta pertama ku.
Aku
meminta mantanku mengantarkan aku ke pusara ibu ku. Memang biasanya di saat
sedih aku melarikan diri ku kesana. Tak ada tempat yang lebih baik yang mampu
menenangkan perasaan ku kecuali di sana. Setelah satu jam lebih di sana dia mengajakku
ke suatu tempat. Karena suasana hatiku belum membaik, aku menurut saja di
bawanya. Ya ampun ternyata dia membawaku
ke tempat makan favoritku. Dan tempat ini adalah tempat yang biasa aku
dan dia habiskan dimasa-masa pacaran dulu.
Seperti
kembali ke masa lalu. Rasanya sungguh nyaman dan sangat sangat ku rindukan.
Tapi akal sehatku membangunkan aku dari mimpi ini. Tina kebersamaanmu dengannya
hanya tinggal beberapa jam lagi. Dan dia akan pergi lagi meninggalkanmu
sendiri. Ingin sekali rasanya ku hentikan waktu ini untuk satu dekade saja. Ya
harus aku akui menghentikan waktu itu bukanlah kuasa ku. Dan aku sangat
berterima kasih sekali kepadanya karena dia selalu bisa menenangkan aku dan
mengembalikan kesedihanku ke keceriaanku dengan caranya itu.
Malam
pun menghampiri dan aku kembali ke pelukan kasur ku yang empuk. Aku mencoba
memejamkan mata dan mencoba melupakan kejadian yang aku alami siang ini.
Mencoba melupakannya yang dulu pernah singgah di hati ini. Mencoba tuk
melupakan segala kenangan indah. Tentang dirinya dan tentang mimpiku.
Ponselku
membangunkan aku dari lamunan ku. Ternyata sms dari Raju. Agak sedikit malas
aku membalasnya. Ku buang ponselku ke kasur dan aku mencoba terpejam lagi. Dan
yaps itu usaha yang gagal. Ku raih ponsel ku dan ku balas smsnya. Raju
mengajakku menonton akhir pekan minggu depan. Ajakan yang sangat menarik
perhatianku. Setelah melewati hari-hari dengan segala kesibukkan aktivitas
kampus akhir pekan pun tiba juga.
Ini
pertama kalinya aku dan Raju bisa dibilang berkencan. Terasa sedikit agak aneh
dan grogi. Tapi aku coba untuk berusaha santai dan ceria. Film yang kami tonton
cukup bagus tapi aku tak bisa berkonsentrasi menikmati film itu. Saat keluar
dari teather aku terkejut saat ku lihat ke arah depan ku. Itu adalah mantanku
dan siapa yang menggandeng lengannya itu? Ya ampun ternyata benar gosip yang
beredar itu. Pacarku selingkuh dengan sahabatku. Aku berusaha percaya padanya
yang saat itu kekasihku dan tak mau berfikir negatif terhadap sahabatku sendiri.
Tapi ternyata mereka benar-benar mengkhianatiku. Kenapa tuhan baru
membuktikannya saat ini. Setelah berbulan-bulan aku putus. Kalian tentu bisa
bayangin bagaimana hancur dan memuncaknya amarahku saat ini.
Saat
berpapasan sahabatku menyapa ku. Mereka berhenti dan mantanku menoleh ke arah
kami. Tapi ia tak menatapku. Ia menatap Raju. Sahabatku tersenyum ke arah ku.
Uups salah. Mantan sahabat lebih tepatnya. Ku balas senyumannya dengan senyuman
manis ku. Manis yang terlihat di mata namun perih menyayat hati.
“Aku
tak pernah percaya dengan gosip-gosip yang beredar sebelumnya sampai aku
mengalami hari ini. Ternyata kau memang benar pengkhianat. Ini yang kau sebut sahabat.
Wajar saja ketika aku galau kau selalu menyarankan aku untuk memutuskannya. Dan
sampai pada akhirnya aku benar-benar memutuskannya dan kalian.....” kata-kata
ku terhenti. Tak sanggup lagi rasanya aku mencurahkan amarah ini.
“Tunggu dulu, Tin. Biar aku
jelaskan.” Arjun, mantanku mencoba untuk menjelaskan yang ntah apa
itu penjelasannya aku tak peduli lagi.
“Cukup.
Semua sudah jelas. Aku telah melihatnya dengan mata kepala ku sendiri. Dan
kau,” sambil menunjuk mantan sahabatku, “ambil saja bekas pacar ku untuk mu!”.
Malas
sekali aku berlama-lama dalam kondisi seperti ini. Kutarik lengan Raju dan kami
pun meninggalkan mereka. Selera makan ku menjadi menurun karena kejadian tadi
dan aku diam membisu cukup lama sehingga membuat Raju sedikit merasa risih dan
salah tingkah. Dan kami menikmati makan malam dan perjalanan pulang dalam diam.
Hari-hari
ku selanjutnya menjadi sangat membosankan. Arjun terus menelpon ku. Apa lagi
sih maunya? Aku udah cukup teramat sakit dulu sebelum memutuskannya, saat
berpisah dengannya pun aku masih sakit, dan sekarang setelah berpisah lumayan
lama rasanya bertambah sakit. Aku benci dan muak dengannya. Walaupun di dalam
hati kecil ku aku tak bisa berdusta bahwa aku masih mencintainya.
Ia
terus-terusan meneror ku ingin menjelaskan semuanya. Penjelasan apa lagi? Semua
udah cukup jelas buat aku sekarang. Jelas ternyata aku salah menaruh hati dan
mencintai orang yang busuk seperti dia. Dia yang tak pernah bisa menghargai
kehadiranku dan memaknai kasih sayang yang dulu aku berikan untuknya.
Namun
aku beruntung diperkenalkan dengan Raju. Aku tak pernah menyesali pertemuan di
toko buku yang aneh itu. Sejak itu dia yang selalu menjadi pengalih pikiran ku
akan kegalauan ku. Dia selalu mendengarkan cerita-cerita ku, keluh kesah ku,
bahkan menjadi sasaran kegilaan ku di saat pikiran ku sedang kalut.
Akhir-akhir
ini ia rajin menemui ku. Menjemputku di kampus. Dan berakhir pekan yang
menyenangkan bersamanya. Tapi aku merasakan suatu keanehan saat bersamanya. Mengapa ku selalu terdiam saat
ku menatap mata indahnya, Mengapa ku selalu terpaku saat ku melihat
senyum manisnya. Jantungku pun
berdetak kencang saat ku berjumpa dengannya. Mengapa aku begini??? Apa
yang kini kurasa???? Apakah ini
hanya sekedar kagum??? Atau ini
yang namanya cinta??? Entahlah.....
Ku tak tahu apa yang kurasa kini.
Yang ku tahu........ Hidupku terasa lebih indah saat dia hadir
dalam hatiku..
Aku
teringat akan sebuah kalimat “SOMETIMES A NEW LOVE COMES BETWEEN OLD
FRIENDS” yang artinya Terkadang cinta yang baru
itu justru datang dari teman yang tlah lama kau kenal. Hatiku semakin bingung
tak menentu.
Sore ini Raju akan menemui ku di rumah es
krim sepulangnya kerja. Aku berniat datang lebih dahulu di sana. Saat aku
sedang menunggunya, ternyata Arjun juga sedang berada di sana bersama
teman-temannya. Aku terlanjur tak bisa lari darinya kali ini. Ia menahanku dan
memaksa ku untuk mendengarkan penjelasannya. Baiklah mungkin dengan aku
mendengarkannya kali ini ia tak akan mengejar-ngejarku lagi. Aku berusaha
bersikap lunak dan mendengarkannya. Namun tak lama kemudian Raju datang dan
menyaksikan adegan disaat Arjun memegang tanganku. Aku kaget dan langsung
melepaskannya. Ku tatap mata Raju yang saat itu menurut ku ia terlihat marah
dan ia berkata kepadaku,
“Urusin saja sana masa lalu
mu. Kau perlu spion untuk mengetahui posisi teramanmu agar kau tak jatuh.”
Ia pergi meninggalkan ku dan ku tak tau harus
bersikap bagaimana lagi. Aku hanya mampu terdiam tanpa sepatah kata yang
terucap. Dan aku teramat benci dengan diriku sendiri. Kenapa aku tak pernah
bisa bersikap tegas terhadap orang yang telah menyakiti hatiku. Kenapa aku
selalu dengan mudahnya percaya. Dan kenapa aku tak menahan Raju pergi atau pun
kenapa aku tak berlari mengejarnya. Ini semua harus segera di akhiri. Aku tak
mau lagi hidup dalam kegalauan yang terus menerus ini.
“Kau,
terlepas dari bagaimana cerita kita di masa lalu. Apapun yang telah kau lakukan
terhadap ku. Ini semua telah membuka mata ku. Mulai dari detik ini aku berhenti
mencintaimu dan mengharapkanmu kembali meski jauh di lubuk hatiku masih terukir
namamu. Aku mohon dengan sangat jangan temui ataupun mencari ku lagi untuk
selanjutnya setelah detik ini berakhir. Dan sekarang jangan tahan aku untuk
tetap di sini karena aku ingin mengejar cinta ku yang sesungguhnya.”
Aku
mengucapkan kata-kata tersebut nyaris tanpa bernafas dengan air mata yang terus
mengalir berharap keputusan ku ini adalah benar. Arjun terlihat terdiam dan
bergeming di hadapan ku dan ku tinggalkan ia disana sendiri. Berusaha sekuat
tenaga aku berlari mengejar Raju tapi aku tak kuasa meraihnya. Ia telah
menghilang dari keramaian. Ku coba untuk menelponnya. Tapi tak satu pun
panggilan ku di jawabnya. Semua sms ku
tak di balasnya. Harus bagaimana lagi ini. Aku pulang dalam keputusasaanku.
Terus
menerus aku menghubungi Raju berharap hatinya sekarang telah melunak. Hari
berganti hari namun tak kunjung jua pesan ku atau pun telepon ku di jawabnya. Tak
kenal letih aku berusaha dan kali ini mungkin untuk yang terakhir kalinya aku
menekan tombol dial di ponsel ku. Tuuut.... tuuttt...
“Halo”
“Nggg,
ha..halo. Hmm Raju, aaa..aku ingin minta maaf kepada mu”, dengan terbata-bata
dan perlahan sulit sekali kalimat itu ku rucapkan.
“Sudahlah. Tak perlu di
bahas lagi.”
Aku
hanya bisa terdiam mendengar perkataannya itu. Sedih sekali rasanya harus
berakhir seperti ini.
“Bisakah kita bertemu malam
ini ?”
“Hmmm,
a..apa?”
“Bertemu malam ini, bisakah
kau, Tina?”
“Nggg
baiklah.”
“Tunggu aku di cafentaria
dekat rumah mu.”
“Iya.”
Tuuut
tuut ttuuut. Langsung terdengar nada menyakitkan telinga itu. Baiklah mungkin
ia akan memarahi ku habis-habisan. Menghujat ku atau pun membunuh ku atau apapun
itu yang tak bisa ia lakukan di telepon. Aku takut untuk menemuinya. Tapi aku
telah mengatakan iya.
Akhirnya
dengan ragu-ragu aku pergi ke cafentaria dekat rumah ku dan menunggunya. Ku
lihat ia telah datang dan berjalan menghampiri ku seperti bom yang akan siap
meledak di hadapan ku.
“Aku bingung apa yang
terjadi padaku sejak berjumpa dengan mu di toko buku itu. Wajahmu selalu terbayang-bayang
dalam pikiran ku mengganggu ku bekerja dan menghantui di setiap malam ku. Kau
ini makhluk apa sebenarnya? Dan minggu
kemarin kenapa aku merasa sangat marah dan cemburu melihat lelaki itu
menggenggam tangan mu. Hatiku terasa seperti tersayat-sayat sembilu saat ku
tatap mata mu yang penuh cinta itu masih mengharapkannya. Seminggu ini aku gelisah tak menentu tak
mengetahui kabarmu. Rasanya aneh sekali menahan keinginan hati saat aku ingin
membalas semua pesan mu dan menjawab panggilanmu secepat mungkin.”
“Lalu
kenapa kau tak membalas pesan ku? Kenapa tak menjawab telpon ku? Kenapa baru
tadi mau menjawabnya ?”
“Karena aku menyayangi mu.
Aku tak ingin orang yang aku sayangi kehilangan orang yang ia sayangi. Aku
mengira saat aku menjauhimu kau akan kembali bersamanya lagi dan kau akan
bahagia kembali bersamanya.”
“Tapi
aku tak mnginginkannya. Aku menginginkanmu.”
“Aku ? Haah kau tak bisa
berbohong Tina. Aku masih melihat ada cinta di mata mu untuknya.”
“Intuisi
hati bisa membawa cinta ke cinta yang kita inginkan tanpa membawa masa lalu dan
embel-embelnya. Aku tak perlu spion untuk melihat ke depan karena spion hanya
membawa ku melihat ke belakang. Yang aku inginkan adalah terus menatap ke depan
dan maju melangkah bersamamu.”
Nah untuk endingnya aku serahin ke kalian yang baca aja deh.. :) *wink