Cerpen : Antara Aku, Kamu dan Mantanku

Putus cinta adalah saat-saat tersulit yang sangat menyedihkan dan terkadang menyakitkan. Hari-hari dipenuhi kelabu hitam dan menjadi tak bermakna lagi. Seperti itulah yang aku rasakan. Tak menyenangkan. Jantung terasa tak bisa bernafas, detaknya bagaikan tik tik tik bom yang siap kapan saja meledakkan isi hati. Hati dan pikiran hanya mendambakan sang kekasih hati untuk datang menemui dan mengulangi yang pernah terjadi kemarin yang terasa indah dan menyenangkan. Tapi kenyataannya adalah ia telah pergi dari kehidupanku.
Sebut saja namaku Tina. Nama yang sama dengan mendiang ibu ku. Minggu-minggu liburan akhir semester ini terasa begitu lama. Padahal awalnya aku merasa liburan ini akan menjadi sangat menyenangkan dan merasa tak cukup hari untuk menghabiskannya. Merasa cukup sangat bosan aku memutuskan untuk berkujung ke toko buku yang jauh dari rumah ku. Hal itu sengaja aku lakukan agar perjalanan menjadi lama dan waktu pun berlalu cukup banyak sehingga pulang ke rumah nanti aku tinggal tidur. Ide yang cukup bagus.
Tak ada buku-buku yang berhasil menarik perhatian ku di sini. Kaki ku tlah lelah mengelilingi rak demi rak. Cukup lama aku berdiri membaca-baca judul novel yang menarik untuk dibaca, namun aku dikejutkan oleh suara seorang pria yang menyapa ku. Aku menoleh dan aku mengenalinya. Dia adalah kakak tingkat ku di kampus yang telah lulus mendahului aku. Ya iyalah mendahului aku namanya juga kakak tingkat. Seingat ku namanya Raju tapi tak tau juga kalau ternyata aku salah. Aku hanya tersenyum membalas sapaannya. Ya ampun kenapa cuma tersenyum sih? Kenapa tak ku balas sapaannya. Baru ketemu cowok ganteng gini aja udah grogi dan kehabisan kata-kata.
“Hobi baca novel ya?”
“Ngg, nggak juga sih. Tapi aku memang suka baca.”
“Kamu sendirian aja?”
“Ya.” Aku melihat tanda tanya besar di wajahnya. Apakah aneh melihat seorang gadis berjalan-jalan sendiri di toko buku? Menurut ku itu memang benar, hal yang tak biasa terjadi. Tapi aku memang suka menghabiskan waktu ku dengan diri ku sendiri.
“Jarang sekali aku melihat seorang wanita berjalan-jalan sendirian. Biasanya para wanita itu berkumpul bersama teman-temannya, tertawa dan bergosip. Tapi kamu ....” kata-katanya terhenti dan ia tersenyum kepada ku.
“Kenapa dengan aku?”
“Tidak tidak.  Tidak kenapa-kenapa sih”. Lagi-lagi ia tersenyum.
Aku mengambil satu novel sembarang dan aku berjalan menuju kasir dan meninggalkannya.
“Hei, tunggu. Udah selesai ya belanjanya?”
“Iya”
“Mau kemana selanjutnya?”
Mau kemana ya aku. Padahal tadinya aku ingin membaca buku saja di toko buku ini. Tapi karna kehadirannya membuatku salah tingkah dan aku pun menjadi bingung kenapa aku harus membeli buku.
“Bagaimana kalau kita ke rumah es krim di seberang toko ini? Kebetulan juga aku sendirian.”
Kebetulan apanya coba. Aduh ini jantung ku mau copot kalau terus-terusan dia masih ada di sini. Tapi tak tau mau kemana lagi setelah ini. Apa aku terima saja ya ajakannya. Lumayan juga makan es krim di sore hari, dan itu makanan kesukaanku. Siapa tau juga setelah itu aku udah bisa bersikap normal lagi dan tak grogi serta salah tingkah seperti ini.
“Hmm, es krim ya? Boleh juga.”
Kami berjalan menuju rumah es krim yang hanya berjarak beberapa langkah. Sembari berjalan aku berpikir. Dia tidak membeli apa-apa dari toko buku tadi dan ia tak ditemani siapa-siapa dan tiba-tiba dia mengajakku makan es krim. Aneh sekali.
“Ngg, pacar mu apa kabarnya, kak?”, tanyaku mencoba mencairkan suasana.
“Pacar?? Pacar yang mana?”
“Anjali”
“Oh, sudah lama putus.”
“Putus? Cepat amat.”
“Ya biarin aja. Tak usah di bahas lagi karna aku tak ingin mood ku menjadi tidak baik.”
Aku jadi bingung mau bicara apa lagi. Ku putuskan untuk diam sajalah sambil menghabiskan es krim ku.
“Bagaimana liburan mu? Asyik nggak?”
“Hmm. Biasa aja.”
“Biasa aja gimana?”
“Nggak ada yang special.”
“Kenapa bisa gitu?”
“Ya karna nggak ada orang yang special.”
“Emangnya siapa?”
“Inisialnya R dan kepanjangannya Ra-ha-si-a.”
“R ? Aku donk.”
Glek. Tiba-tiba langsung tertelan es krim. Kenapa dia bisa berpikiran seperti itu? Padahal kan aku cuma bercanda. Lagian siapa juga coba inisial R. Mantan pacarku kan inisialnya A dan mantan gebetanku juga inisialnya A. Aku cuma asal-asalan aja tadi. Kenapa dia kepedean gitu sih. Emang yang inisial namanya R dia doank apa.
“Kepo amat sih.”
“Penasaran aja. Ayo cerita donk siapa.”
Ini cowok kenapa sih. Kesambet setan dimana coba? Nggak ada hujan nggak ada geledek juga. Dan pertemuan ini pun juga sangat teramat aneh. Aku bingung dan super duper bingung.
“Liat aja di blog ku. Nanti juga bakalan tau sendiri siapa orangnya.”
“Oke nanti malam kakak liat blognya. Tapi ceritain donk. Dikit aja.”
“Nggak mau. Kepo amat sih jadi orang.”
Tak terasa gelap pun tlah menyelimuti sore yang cerah ini. Aku pamitan dan pulang duluan. Aku berjalan tergesa-gesa mengambil kendaraanku di parkiran dan pulang ke rumah. Sesampainya di rumah aku merasakan seperti aku melupakan sesuatu. Sejenak aku mengingat-ingat. Ya ampun novel ku ketinggalan di rumah es krim tadi. Ya sudah mau di apakan lagi. Mau balik ke sana belum tentu juga masih ada novelnya. Lagian aku juga tak begitu tertarik untuk membacanya. Membelinya pun asal-asalan ambil aja.
Ponselku tiba-tiba berbunyi. Notifikasi dari akun twitterku. Ternyata dari Kak Raju.
“Udah di baca nih cerpennya. Nggak ngerti. Siapa sih? Masih penasaran.”
“Ya ampun gitu aja kok nggak bisa ngerti.”
Jreeeeng. Entah kesambet apa juga aku malam ini dengan gamblangnya ku ceritakan kisah percintaanku di masa lalu yang lumayan aneh kepadanya.  Tak terasa malam kian larut dan obrolan masih berlanjut hingga dini hari.
Keeseokkan malamnya ia kembali mengirimkan pesan langsung kepada ku. Kali ini tak membahas tentang pria-pria di masa lalu ku. Hanya percakapan santai biasa. Aku mencoba mencari tau tentang wanita-wanita di masa lalunya. Hanya sebagai aksi balas dendam ku karena ia telah berhasil mengintimidasi ku semalam. Curang sekali pria ini, dia menutup-nutupi masa lalunya dari ku. Aku merasa terzholimi. Awas saja nanti ya. Tak apa aku tak berhasil mencari taunya tapi nanti aku yang akan menjadi wanita di hidupnya. Eeeh apa-apaan ini kok bisa mikir gitu. Error ini otak ku.
Malam selanjutnya ia kembali mengirimiku pesan dan kami bertukar nomor ponsel. Sejak itu pula ia sekarang rajin mengirimi ku sms. Hampir setiap malam aku membalas smsnya. Kenapa rasanya nyaman sekali ya. Tak mungkin secepat ini aku jatuh cinta. Ini hanya rasa senang belaka karena dapat teman baru.
Siang ini aku bertengkar dengan kakak ku. Rasanya aku ingin pergi saja dari rumah ini. Aku mengambil ponselku dan menghubungi mantanku. Memintanya menjemputku dan pergi menenangkan diri. Baru 10 bulan yang lalu aku memutuskan hubungan kami setelah 2 tahun lebih aku mencoba bertahan dengannya.
Saat awal perpisahan kami, aku merasa sangat terpuruk. Seperti yang aku jelaskan di awal cerita tadi. Aku seperti kehilangan separuh hatiku. Dan rasa perih itu masih sering muncul jika aku teringat tentangnya. Tak mudah melupakan orang yang telah berhasil membantumu bangkit dari keterpurukkanmu sebelumnya. Tapi rasa sakit ini lebih perih dari keterpurukkan ku kehilangan cinta pertama ku.
Aku meminta mantanku mengantarkan aku ke pusara ibu ku. Memang biasanya di saat sedih aku melarikan diri ku kesana. Tak ada tempat yang lebih baik yang mampu menenangkan perasaan ku kecuali di sana.  Setelah satu jam lebih di sana dia mengajakku ke suatu tempat. Karena suasana hatiku belum membaik, aku menurut saja di bawanya. Ya ampun ternyata dia membawaku  ke tempat makan favoritku. Dan tempat ini adalah tempat yang biasa aku dan dia habiskan dimasa-masa pacaran dulu.
Seperti kembali ke masa lalu. Rasanya sungguh nyaman dan sangat sangat ku rindukan. Tapi akal sehatku membangunkan aku dari mimpi ini. Tina kebersamaanmu dengannya hanya tinggal beberapa jam lagi. Dan dia akan pergi lagi meninggalkanmu sendiri. Ingin sekali rasanya ku hentikan waktu ini untuk satu dekade saja. Ya harus aku akui menghentikan waktu itu bukanlah kuasa ku. Dan aku sangat berterima kasih sekali kepadanya karena dia selalu bisa menenangkan aku dan mengembalikan kesedihanku ke keceriaanku dengan caranya itu.
Malam pun menghampiri dan aku kembali ke pelukan kasur ku yang empuk. Aku mencoba memejamkan mata dan mencoba melupakan kejadian yang aku alami siang ini. Mencoba melupakannya yang dulu pernah singgah di hati ini. Mencoba tuk melupakan segala kenangan indah. Tentang dirinya dan tentang mimpiku.
Ponselku membangunkan aku dari lamunan ku. Ternyata sms dari Raju. Agak sedikit malas aku membalasnya. Ku buang ponselku ke kasur dan aku mencoba terpejam lagi. Dan yaps itu usaha yang gagal. Ku raih ponsel ku dan ku balas smsnya. Raju mengajakku menonton akhir pekan minggu depan. Ajakan yang sangat menarik perhatianku. Setelah melewati hari-hari dengan segala kesibukkan aktivitas kampus akhir pekan pun tiba juga.
Ini pertama kalinya aku dan Raju bisa dibilang berkencan. Terasa sedikit agak aneh dan grogi. Tapi aku coba untuk berusaha santai dan ceria. Film yang kami tonton cukup bagus tapi aku tak bisa berkonsentrasi menikmati film itu. Saat keluar dari teather aku terkejut saat ku lihat ke arah depan ku. Itu adalah mantanku dan siapa yang menggandeng lengannya itu? Ya ampun ternyata benar gosip yang beredar itu. Pacarku selingkuh dengan sahabatku. Aku berusaha percaya padanya yang saat itu kekasihku dan tak mau berfikir negatif terhadap sahabatku sendiri. Tapi ternyata mereka benar-benar mengkhianatiku. Kenapa tuhan baru membuktikannya saat ini. Setelah berbulan-bulan aku putus. Kalian tentu bisa bayangin bagaimana hancur dan memuncaknya amarahku saat ini.
Saat berpapasan sahabatku menyapa ku. Mereka berhenti dan mantanku menoleh ke arah kami. Tapi ia tak menatapku. Ia menatap Raju. Sahabatku tersenyum ke arah ku. Uups salah. Mantan sahabat lebih tepatnya. Ku balas senyumannya dengan senyuman manis ku. Manis yang terlihat di mata namun perih menyayat hati.
“Aku tak pernah percaya dengan gosip-gosip yang beredar sebelumnya sampai aku mengalami hari ini. Ternyata kau memang benar pengkhianat. Ini yang kau sebut sahabat. Wajar saja ketika aku galau kau selalu menyarankan aku untuk memutuskannya. Dan sampai pada akhirnya aku benar-benar memutuskannya dan kalian.....” kata-kata ku terhenti. Tak sanggup lagi rasanya aku mencurahkan amarah ini.
“Tunggu dulu, Tin. Biar aku jelaskan.” Arjun, mantanku mencoba untuk menjelaskan yang ntah apa itu penjelasannya aku tak peduli lagi.
“Cukup. Semua sudah jelas. Aku telah melihatnya dengan mata kepala ku sendiri. Dan kau,” sambil menunjuk mantan sahabatku, “ambil saja bekas pacar ku untuk mu!”.
Malas sekali aku berlama-lama dalam kondisi seperti ini. Kutarik lengan Raju dan kami pun meninggalkan mereka. Selera makan ku menjadi menurun karena kejadian tadi dan aku diam membisu cukup lama sehingga membuat Raju sedikit merasa risih dan salah tingkah. Dan kami menikmati makan malam dan perjalanan pulang dalam diam.
Hari-hari ku selanjutnya menjadi sangat membosankan. Arjun terus menelpon ku. Apa lagi sih maunya? Aku udah cukup teramat sakit dulu sebelum memutuskannya, saat berpisah dengannya pun aku masih sakit, dan sekarang setelah berpisah lumayan lama rasanya bertambah sakit. Aku benci dan muak dengannya. Walaupun di dalam hati kecil ku aku tak bisa berdusta bahwa aku masih mencintainya.
Ia terus-terusan meneror ku ingin menjelaskan semuanya. Penjelasan apa lagi? Semua udah cukup jelas buat aku sekarang. Jelas ternyata aku salah menaruh hati dan mencintai orang yang busuk seperti dia. Dia yang tak pernah bisa menghargai kehadiranku dan memaknai kasih sayang yang dulu aku berikan untuknya.
Namun aku beruntung diperkenalkan dengan Raju. Aku tak pernah menyesali pertemuan di toko buku yang aneh itu. Sejak itu dia yang selalu menjadi pengalih pikiran ku akan kegalauan ku. Dia selalu mendengarkan cerita-cerita ku, keluh kesah ku, bahkan menjadi sasaran kegilaan ku di saat pikiran ku sedang kalut.
Akhir-akhir ini ia rajin menemui ku. Menjemputku di kampus. Dan berakhir pekan yang menyenangkan bersamanya. Tapi aku merasakan suatu keanehan saat bersamanya. Mengapa ku selalu terdiam saat ku menatap mata indahnya, Mengapa ku selalu terpaku saat ku melihat senyum manisnya. Jantungku pun berdetak kencang saat ku berjumpa dengannya. Mengapa aku begini??? Apa yang kini kurasa???? Apakah ini hanya sekedar kagum??? Atau ini yang namanya cinta??? Entahlah..... Ku tak tahu apa yang kurasa kini. Yang ku tahu........ Hidupku terasa lebih indah saat dia hadir dalam hatiku..
Aku teringat akan sebuah kalimat “SOMETIMES A NEW LOVE COMES BETWEEN OLD FRIENDS” yang artinya Terkadang cinta yang baru itu justru datang dari teman yang tlah lama kau kenal. Hatiku semakin bingung tak menentu.
Sore ini Raju akan menemui ku di rumah es krim sepulangnya kerja. Aku berniat datang lebih dahulu di sana. Saat aku sedang menunggunya, ternyata Arjun juga sedang berada di sana bersama teman-temannya. Aku terlanjur tak bisa lari darinya kali ini. Ia menahanku dan memaksa ku untuk mendengarkan penjelasannya. Baiklah mungkin dengan aku mendengarkannya kali ini ia tak akan mengejar-ngejarku lagi. Aku berusaha bersikap lunak dan mendengarkannya. Namun tak lama kemudian Raju datang dan menyaksikan adegan disaat Arjun memegang tanganku. Aku kaget dan langsung melepaskannya. Ku tatap mata Raju yang saat itu menurut ku ia terlihat marah dan ia berkata kepadaku,
“Urusin saja sana masa lalu mu. Kau perlu spion untuk mengetahui posisi teramanmu agar kau tak jatuh.”
 Ia pergi meninggalkan ku dan ku tak tau harus bersikap bagaimana lagi. Aku hanya mampu terdiam tanpa sepatah kata yang terucap. Dan aku teramat benci dengan diriku sendiri. Kenapa aku tak pernah bisa bersikap tegas terhadap orang yang telah menyakiti hatiku. Kenapa aku selalu dengan mudahnya percaya. Dan kenapa aku tak menahan Raju pergi atau pun kenapa aku tak berlari mengejarnya. Ini semua harus segera di akhiri. Aku tak mau lagi hidup dalam kegalauan yang terus menerus ini.
“Kau, terlepas dari bagaimana cerita kita di masa lalu. Apapun yang telah kau lakukan terhadap ku. Ini semua telah membuka mata ku. Mulai dari detik ini aku berhenti mencintaimu dan mengharapkanmu kembali meski jauh di lubuk hatiku masih terukir namamu. Aku mohon dengan sangat jangan temui ataupun mencari ku lagi untuk selanjutnya setelah detik ini berakhir. Dan sekarang jangan tahan aku untuk tetap di sini karena aku ingin mengejar cinta ku yang sesungguhnya.”
Aku mengucapkan kata-kata tersebut nyaris tanpa bernafas dengan air mata yang terus mengalir berharap keputusan ku ini adalah benar. Arjun terlihat terdiam dan bergeming di hadapan ku dan ku tinggalkan ia disana sendiri. Berusaha sekuat tenaga aku berlari mengejar Raju tapi aku tak kuasa meraihnya. Ia telah menghilang dari keramaian. Ku coba untuk menelponnya. Tapi tak satu pun panggilan ku di jawabnya. Semua sms  ku tak di balasnya. Harus bagaimana lagi ini. Aku pulang dalam keputusasaanku.
Terus menerus aku menghubungi Raju berharap hatinya sekarang telah melunak. Hari berganti hari namun tak kunjung jua pesan ku atau pun telepon ku di jawabnya. Tak kenal letih aku berusaha dan kali ini mungkin untuk yang terakhir kalinya aku menekan tombol dial di ponsel ku. Tuuut.... tuuttt...
“Halo”
“Nggg, ha..halo. Hmm Raju, aaa..aku ingin minta maaf kepada mu”, dengan terbata-bata dan perlahan sulit sekali kalimat itu ku rucapkan.
“Sudahlah. Tak perlu di bahas lagi.”
Aku hanya bisa terdiam mendengar perkataannya itu. Sedih sekali rasanya harus berakhir seperti ini.
“Bisakah kita bertemu malam ini ?”
“Hmmm, a..apa?”
“Bertemu malam ini, bisakah kau, Tina?”
“Nggg baiklah.”
“Tunggu aku di cafentaria dekat rumah mu.”
“Iya.”
Tuuut tuut ttuuut. Langsung terdengar nada menyakitkan telinga itu. Baiklah mungkin ia akan memarahi ku habis-habisan. Menghujat ku atau pun membunuh ku atau apapun itu yang tak bisa ia lakukan di telepon. Aku takut untuk menemuinya. Tapi aku telah mengatakan iya.
Akhirnya dengan ragu-ragu aku pergi ke cafentaria dekat rumah ku dan menunggunya. Ku lihat ia telah datang dan berjalan menghampiri ku seperti bom yang akan siap meledak di hadapan ku.
“Aku bingung apa yang terjadi padaku sejak berjumpa dengan mu di toko buku itu. Wajahmu selalu terbayang-bayang dalam pikiran ku mengganggu ku bekerja dan menghantui di setiap malam ku. Kau ini makhluk apa sebenarnya?  Dan minggu kemarin kenapa aku merasa sangat marah dan cemburu melihat lelaki itu menggenggam tangan mu. Hatiku terasa seperti tersayat-sayat sembilu saat ku tatap mata mu yang penuh cinta itu masih mengharapkannya.  Seminggu ini aku gelisah tak menentu tak mengetahui kabarmu. Rasanya aneh sekali menahan keinginan hati saat aku ingin membalas semua pesan mu dan menjawab panggilanmu secepat mungkin.”
“Lalu kenapa kau tak membalas pesan ku? Kenapa tak menjawab telpon ku? Kenapa baru tadi mau menjawabnya ?”
“Karena aku menyayangi mu. Aku tak ingin orang yang aku sayangi kehilangan orang yang ia sayangi. Aku mengira saat aku menjauhimu kau akan kembali bersamanya lagi dan kau akan bahagia kembali bersamanya.”
“Tapi aku tak mnginginkannya. Aku menginginkanmu.”
“Aku ? Haah kau tak bisa berbohong Tina. Aku masih melihat ada cinta di mata mu untuknya.”
“Intuisi hati bisa membawa cinta ke cinta yang kita inginkan tanpa membawa masa lalu dan embel-embelnya. Aku tak perlu spion untuk melihat ke depan karena spion hanya membawa ku melihat ke belakang. Yang aku inginkan adalah terus menatap ke depan dan maju melangkah bersamamu.”

Nah untuk endingnya aku serahin ke kalian yang baca aja deh.. :) *wink

Comments
0 Comments

0 komentar :

Posting Komentar