TUGAS KELOMPOK
Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Dosen Pengampuh : Drs. Aldi Mawardi, M.Pd.
Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Dosen Pengampuh : Drs. Aldi Mawardi, M.Pd.
Makalah
DIKSI ATAU PILIHAN KATA :
PENGERTIAN, SYARAT-SYARAT, GAYA BAHASA DAN IDIOM
Download file docnya disini
DIKSI ATAU PILIHAN KATA :
PENGERTIAN, SYARAT-SYARAT, GAYA BAHASA DAN IDIOM
Download file docnya disini
Oleh :
Kelompok I
Kelompok I
1. Ridho
Maulana (Ketua) NIM : 8020110194
2. Rezki Nanda Lesatari (Sekertaris) NIM : 8020110062
3. Danny Prassutio (Anggota) NIM : 8020110098
4. Firman Siddiq (Anggota) NIM : 8020110254
2. Rezki Nanda Lesatari (Sekertaris) NIM : 8020110062
3. Danny Prassutio (Anggota) NIM : 8020110098
4. Firman Siddiq (Anggota) NIM : 8020110254
Kelas: 05PT1
YAYASAN DINAMIKA BANGSA
SEKOLAH TINGGI ILMU KOMPUTER
(STIKOM) DINAMIKA BANGSA JAMBI
TAHUN
AKADEMIK 2011-2012
DAFTAR ISI
Halaman Judul .................................................................................................... i
Daftar Isi ................................................................................................................ ii
Bab I Pendahuluan
a. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
b. Tujuan Penulisan ........................................................................... 2
c. Ruang Lingkup ................................................................................ 3
Bab II Pembahasan
a. Pengertian Diksi .............................................................................. 4
b. Syarat-syarat Ketepatan Diksi ....................................................... 5
c. Gaya Bahasa dan Idiom ................................................................. 8
Bab III Penutup
a. Simpulan .......................................................................................... 12
b. Saran ................................................................................................. 13
Daftar Pustaka
|
||||
|
||||
|
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Secara menyolok
aktivitas seorang mahasiswa setiap hari sebenarnya berkisar pada persoalan kosa
kata. Sepanjang hari ia harus mengikuti perkuliahan atau membuat soal-soal
ujian, menulis karya-karya tulis atau skripsi; pada waktu istirahat ia harus
bertukar pikiran dengan kawan mahasiswanya atau berkonsultasi dengan para dosen.
Malam hari, ia harus mempelajari lagi bahan-bahan kuliah, baik dari
catatan-catatannya maupun dari buku-buku yang diwajibkan atau yang dianjurkan.
Bila ia seorang yang rajin ia masih menyisihkan waktu untuk membaca
majalah-majalah ilmiah, artikel-artikel dalam mingguan, bulanan, dan surat
kabar. Melalui semua aktivitas itu, kata beserta gagasannya seolah-olah
membanjiri masuk satiap saat ke dalam benaknya. Ia harus membuka hatinya
lebar-lebar untuk menerima semua itu. Mengabaikan sebagian kecil saja, berarti
ia akan ketinggalan dari kawan-kawannya.
Seiring seorang
mahasiswa harus mengutuk dirinya karena dalam menghadapi soal-soal ujian ia
mengetahui gagasannya, tetapi tidak mengetahui kata atau istilahnya. Atau
sebaliknya, ia mengetahui kata atau istilahnya, tetapi tidak mengetahui gagasan
yang didukungnya. Sebab itu, kedua aspek itu, kata dan gagasan sama pentingnya.
Keduanya harus diketahui dan dikuasai.
|
Mereka yang luas kosa
katanya akan memiliki pula kemampuan yang tinggi untuk memilih setepat-tepatnya
kata mana yang paling harmonis untuk mewakili maksud atau gagasannya. Secara
populer orang akan mengatakan bahwa kata meneliti sama artinya dengan kata
menyelidiki, mengamati, dan menyidik. Karena itu, kata-kata turunannya seperti
penelitian, penyelidikan, pengamatan, dan penyidikan adalah kata yang sama
artinya atau merupakan kata yang bersinonim. Mereka yang luas kosa katanya
menolak anggapan itu. Karena tidak menerima anggapan itu, maka mereka akan
berusaha untuk menetapkan secara cermat kata man yang harus dipakainya dalam
sebuah konteks tertentu. Sebaliknya yang miskin kosa katanya akan sulit
menemukan kata lain yang lebih tepat, karena ia tidak tahu bahwa ada kata lain
yang lebih tepat dan karena ia tidak tahu bahwa ada perbedaan antara kata-kata
yang bersinonim itu. Maka atas dasar tersebutlah kita sebagai mahasiswa yang
baik hendaknya mengetahui dan memahami bagaimana penggunaan pilihan kata yang
tepat dan cermat dalam konteks yang tepat pula.
B. TUJUAN PENULISAN
Dengan dibuatnya makalah
ini penulis berharap informasi yang terdapat pada makalah ini dapat berguna
bagi penulis dan para pembaca.
Adapun tujuan
dari penulisan ini adalah :
|
2. Makalah ini
dapat dijadikan media untuk menambah ilmu pengetahuan para mahasiswa/i Stikom Dinamika Bangsa Jambi.
3. Sebagai modul pembelajaran bagi mahasiswa/i dari mata kuliah Bahasa
Indonesia pembahasan mengenai Diksi atau Pilihan Kata.
C. RUANG LINGKUP
|
Adapun ruang lingkup
dalam pembahasan makalah ini meliputi pengertian diksi atau pilihan kata,
syarat-syarat ketepatan diksi, gaya bahasa dan idiom.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
DIKSI ATAU PILIHAN KATA
Pilihan kata atau diksi
pada dasarnya adalah hasil dari upaya memilih kata tertentu untuk dipakai dalam
kalimat, alenia, atau
wacana. Pemilihan
kata dapat dilakukan bila tersedia
sejumlah kata yang artinya hampir
sama atau bermiripan. Pemilihan kata bukanlah sekedar memilih kata yang
tepat, melainkan juga memilih kata yang cocok. Cocok
dalam arti sesuai dengan konteks di
mana kata itu berada, dan maknanya tidak bertentangan dengan yang nilai rasa
masyarakat pemakainya.
Diksi adalah ketepatan
pilihan kata. Penggunaan ketepatan pilihan kata dipengaruhi oleh kemampuan
pengguna bahasa yang terkait dengan kemampuan mengetahui, memahami, menguasai,
dan menggunakan sejumlah kosa kata secara aktif yang dapat mengungkapkan
gagasan secara tepat sehingga mampu mengomunikasikannya
secara efektif kepada pembaca atau pendengarnya.
Dalam karangan ilmiah, diksi dipakai untuk menyatakan sebuah konsep,
pembuktian, hasil pemikiran, atau solusi dari suatu masalah. Adapun fungsi
diksi antara lain :
a) Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal.
b) Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat.
c) Menciptakan komunikasi yang baik dan benar.
d) Mencegah perbedaan penafsiran.
e) Mencagah salah pemahaman.
f) Mengefektifkan pencapaian target komunikasi.
|
B.
SYARAT-SYARAT
KETEPATAN DIKSI
Ketepatan adalah kemampuan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan yang sama
pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti yang dipikirkan atau dirasakan
oleh penulis atau pembicara, maka setiap penulis atau pembicara harus berusaha
secermat mungkin memilih kata-katanya untuk mencapai maksud tersebut. Ketepatan
tidak akan menimbulkan salah paham.
Selain pilihan kata yang
tepat, efektivitas komunikasi menuntut pesyaratan yang harus di penuhi oleh pengguna
bahasa, yaitu kemampuan memilih kata yang sesuai dengan tuntutan komunikasi.
Adapun syarat-syarat ketepatan
pilihan kata adalah :
1) Membedakan
secara cermat denotasi dan konotasi.
Denotasi ialah kata yang bermakna lugas atau tidak
bermakna ganda. Sedangkan konotasi ialah kata yang dapat menimbulkan
bermacam-macam makna.
Contoh :
·
Bunga
eldeweis hanya tumbuh ditempat yang tinggi.
(Denotasi)
·
Sinta
adalah bunga desa di
kampungnya. (Konotasi)
2) Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim.
·
Siapa pengubah peraturan yang
memberatkan pengusaha?
·
Pembebasan
bea masuk untuk jenis barang tertentu adalah peubah peraturan yang selama ini memberatkan pengusaha.
3) Membedakan kata-kata yang mirip ejaannya.
·
Intensif
– insensif
·
Karton
– kartun
·
|
4) Tidak menafsirkan makna kata secara subjektif berdasarkan
pendapat sendiri, jika pemahaman belum dapat dipastikan.
Contoh :
·
Modern : canggih (secara subjektif)
·
Modern : terbaru atau muktahir (menurut kamus)
·
Canggih : banyak cakap, suka menggangu, banyak mengetahui, bergaya intelektual
(menurut kamus)
5) Waspada terhadap penggunaan imbuhan asing.
Contoh :
·
Dilegalisir seharusnya dilegalisasi.
·
Koordinir seharusnya koordinasi.
6) Membedakan pemakaian kata penghubung yang berpasangan
secara tepat.
Contoh :
Pasangan yang salah
|
Pasangan yang benar
|
antara ..... dengan ....
|
antara .... dan
.....
|
tidak ..... melainkan .....
|
tidak .....
tetapi .....
|
baik ..... ataupun .....
|
baik ..... maupun
.....
|
bukan ..... tetapi .....
|
bukan ...... melainkan
.....
|
7) Membedakan kata umum dan kata khusus secara cermat.
Kata umum adalah sebuah kata
yang mengacu kepada suatu hal atau kelompok yang luas bidang lingkupnya.
Sedangkan kata khusus adalah
kata yang mengacu kepada pengarahan-pengarahan yang khusus dan kongkret.
Contoh :
·
Kata umum : melihat
·
|
8) Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata
yang sudah dikenal.
Contoh :
·
Isu
(berasal dari bahasa Inggris “issue”) berarti publikasi, perkara.
·
Isu
(dalam bahasa Indonesia) berarti kabar yang tidak jelas asal-usulnya, kabar
angin, desas-desus.
9) Menggunakan dengan cermat kata bersinonim, berhomofoni,
dan berhomografi.
Sinonim adalah kata-kata yang
memiliki arti sama.
Homofoni adalah kata yang
mempunyai pengertian sama bunyi, berbeda tulisan, dan berbeda makna.
Homografi adalah kata yang
memiliki kesamaan tulisan, berbeda bunyi, dan berbeda makna.
Contoh :
·
Sinonim
: Hamil (manusia) – Bunting (hewan)
·
Homofoni
: Bank (tempat menyimpan uang) – Bang
(panggilan kakak laki-laki)
·
Homografi
: Apel (buah) – Apel (upacara)
10) Menggunakan kata abstrak dan kata konkret secara cermat.
Kata abstrak mempunyai referensi berupa konsep, sedangkan
kata konkret mempunyai referensi objek yang diamati.
Contoh :
·
Kata
abstrak
Kebaikkan seseorang kepada orang lain merupakan sifat terpuji.
·
Kata
konkret
APBN RI mengalami kenaikkan lima belas persen.
|
C.
GAYA BAHASA DAN IDIOM
1.
GAYA BAHASA
Gaya bahasa atau langgam
bahasa dan sering juga disebut majas adalah cara penutur mengungkapkan
maksudnya. Banyak cara yang dapat dipakai untuk mengungkapkan maksud. Ada cara
yang memakai perlambang (majas metafora, personifikasi) ada cara yang
menekankan kehalusan (majas eufemisme, litotes) dam masih banyak lagi majas
yang lainnya. Semua itu pada prinsipnya merupakan corak seni berbahasa untuk
menimbulkan kesan tertentu bagi mitra komunikasi kita (pembaca/pendengar).
Sebelum menampilkan gaya
tertentu ada enam faktor yang mempengaruhi tampilan bahasa seorang komunikator
dalam berkomunikasi dengan mitranya, yaitu :
a) Cara
dan media komunikasi :
lisan atau tulisan, langsung atau tidak langsung, media cetak atau media elektronik.
b) Bidang
ilmu : filsafat, sastra,
hukum, teknik, kedokteran, dll.
c) Situasi : resmi, tidak resmi, setangah resmi.
d) Ruang
atau konteks : seminar, kuliah,
ceramah, pidato.
e) Khalayak : dibedakan berdasarkan umur (anak-anak, remaja, dewasa,
orang tua); jenis kelamin (laki-laki, perempuan); tingkat pendidikan dan status
sosial (rendah, menengah, tinggi).
f) Tujuan : membangkitkan emosi, diplomasi, humor, informasi.
GAYA
BAHASA BERDASARKAN PILIHAN KATA
|
Dalam bahasa standar (bahasa baku) dapatlah dibedakan
menjadi :
a. Gaya Bahasa Resmi
Gaya bahasa resmi
adalah gaya bahasa dalam bentuknya yang lengkap, gaya yang dipergunakan dalam
kesempatan-kesempatan resmi, gaya yang dipergunakan oleh mereka yang diharapkan
mempergunakannya dengan baik dan terpelihara. Gaya bahasa resmi biasa kita
jumpai dalam penyampaian amanat kepresidenan, berita negara, khotbah-khotbah
mimbar, tajuk rencana, pidato-pidato yang penting, artikel-artikel yang serius
atau esai yang memuat subyej-subyek yang penting, semuanya dibawakan dengan
gaya bahasa resmi.
Contoh dalam pembukaan UUD 1945,
Bahwa sesungguhnya kemerdekaan ini ialah hak segala bangsa
dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan, karena tidak
sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan.
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan bangsa Indonesia
telah sampailah kepada saat yang berbahagai dengan seelamat sentausa
mengantarkan rakyat Indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur. ...(selanjutnya)
b. Gaya Bahasa Tak Resmi
|
Contoh :
Sumpah pemuda yang dicetuskan pada tanggal 28 Oktober
1928 adalah peristiwa nasional, yang mengandung benih nasionalisme. Sumpah
Pemuda dicetuskan pada zaman penjajahan. Nasionalisme pada zaman penjajahan
mempunyai watak khusus yakni anti penjajahan. Peringatan kepad Sumpah Pemuda
sewajarnya berupa usaha merealisasikan gagasan-gagasan Sumpah Pemuda.
c. Gaya Bahasa Percakapan
Dalam gaya bahasa
percakapan, pilihan katanya adalah kata-kata populer dan kata-kata percakapan. Kalau
dibandingkan dengan gaya bahasa resmi dan tak resmi, maka gaya bahasa
percakapan ini dapat diumpamakan sebagai bahasa dalam pakaian sport. Itu
berarti bahasanya masih lengkap untuk suatu kesempatan, dan masih dibentuk
menurut kebiasaan-kebiasaan, tetapi kebiasaan ini agak longgar bila
dibandingkan dengan kebiasaan pada gaya bahasa resmi dan tak resmi.
Contoh berikut
adalah hasil rekaman dari sebuah diskusi dalam seminar Bahasa Indonesia tahun
1996 di Jakarta :
|
2.
IDIOM
Menurut Moeliono,
Idiom adalah ungkapan bahasa yang artinya tidak secara langsung dapat
dijabarkan dari unsur-unsurnya. Sedangkan menurut Badudu, idiom adalah bahasa
yang teradatkan. Oleh karena itu, setiap kata yang membentuk idiom berarti di
dalamnya sudah ada kesatuan bentuk dan makna.
Walaupun dengan
prinsip ekonomi bahasa, salah satu unsurnya tidak boleh dihilangkan. Setiap
idiom sudah tepatri sedemikian rupa sehingga para pemakai bahasa mau tidak mau
harus tunduk pada aturan pemakaiannya. Sebagian besar idiom yang berupa
kelompok kata, misalnya gulung tikar, adu domba, muka tembok tidak boleh
dipertukarkan susunannya menjadi *tikar gulung, *domba adu, *tembok muka karena
ketiga kelompok kata yang terakhir itu bukan idiom.
|
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Dari pembahasan yang
diuraikan di atas, dapat disimpulkan menjadi beberapa poin penting yaitu :
1. Diksi atau pilhan kata adalah
kemampuan membedakan secara tepat nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan
dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai
rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.
2. Pilihan kata yang tepat dan
sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasa sejumlah besar kosa kata atau
perbendaharaan kata itu.
3. Diksi berfungsi sebagai alat
agar tidak terjadi kesalahpahaman antara pembaca atau penulis terhadap
pendengar atau pembaca dalam berkomunikasi.
4. Diksi memiliki beberapa
syarat-syarat ketepatan agar menimbulkan imajinasi yang sesuai antara pembicara
dan pendengar.
5. Fungsi diksi secara umum ialah
agar masyarakat dapat berkomunikasi dengan baik dan benar agar terhindar dari
salah penafsiran dan kesalahpahaman antara pembicara/penulis dengan
pendengar/pembaca.
6. Gaya bahasa atau langgam
bahasa dan sering juga disebut majas adalah cara penutur mengungkapkan
maksudnya.
7. Gaya bahasa menurut pilihan
kata dalam bahasa standar (bahasa baku) terbagi menjadi 3 jenis yaitu : Gaya
bahasa resmi, gaya bahasa tak resmi dan gaya bahasa percakapan.
8.
|
B. SARAN
1. Sebagai seorang mahasiswa, perlu sekali mempelajari dan
memahami bagaimana penggunaan diksi yang tepat dan cermat karena seorang
mahasiswa itu selalu dibebankan dan berkelut dengan karya-karya tulis dalam
setiap tugas perkuliahannya.
|
DAFTAR PUSTAKA
Keraf, Gorys. Diksi
dan Gaya Bahasa. Jakarta : Gramedia. 2006.
Hs, Widjono. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengenmbangan
Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta : Grasindo. 2007