Ini adalah cerpen pertamaku. Belajar menulis cerpen. Mohon koreksinya. Ini cerita merupakan cerita pribadiku. Mohon maaf jika mencantumkan nama tokoh yang sebenarnya.Tidak akan pernah ada yang kedua jika kau benar-benar mencintai yang pertama.
Pagi ini 10
November 2011 aku terbangun dalam keterkejutanku akan mimpiku yang begitu
buruk, tak lama kemudian ku dengar suara langkah kaki mendekati kamarku.
“Ki, nenek kita meninggal dunia. Aku baru
mendapat kabar dari ayah. Ayo cepat bangun kita berangkat pagi ini juga.”
Otakku masih
setengah sadar setengah tidak mendengar kabar itu. Kakak ku telah meninggalkan
ku setelah ia menyampaikan kabar itu, bahkan aku belum sempat bertanya. Ya ampun
nenek ku, orang yang paling terdekat dengan ku kini meninggalkan aku. Betapa hancurnya
hati ku. Tak pernah aku menyangka akan secepat ini ia meninggalkan kami. Beliau
yang selama belasan tahun menyanyangi dan mengayomi aku dan kakak-kakak ku
sejak ibunda kami tiada. Kini beliau pun juga tiada. Siapa lagi yang menjadi
penasehat kami dikala kami nakal. Terutama aku. Aku disini si bungsu dari enam
bersaudara. Aku yang paling muda dan aku yang paling terdekat nenek ku. Beberapa
bulan terakhir ini memang aku jarang menjenguknya dikarenakan pekerjaanku yang
begitu sibuk dan kuliahku yang begitu berantakkan.
Aku bergegas
menuju kamar mandi dan bersiap untuk berangkat menuju rumah nenek. Sesampainya di
rumah nenek aku takut untuk masuk ke dalam rumah. Aku merasa tak sanggup untuk
melihatnya. Tapi hatiku berkata lain. Kapan lagi aku bisa melihat wajah lembut
nan senantiasa dewasa dalam menasehati itu jika tanah telah menutupi jasadnya
nanti. Kupeluk dan kurangkul jasad yang telah kaku dan dingin itu. Air mataku
menetes begitu derasnya tanpa bisa ku kendalikan. Inilah waktu terakhir disaat
kita semua makhluk bernyawa akan berakhir sama seperti ini juga nantinya.
Aku terkejut mendapati
ponselku berdering. Telepon dari mantan kekasihku. Sekarang kami dekat kembali.
Beberapa bulan ini ia begitu manis dan setia serta perhatian kepadaku. Namanya Roy.
Kami sempat berpacaran 8 bulan di tahun 2010 yang lalu. Lalu ku putuskan
hubungan kami dikarenakan aku merasa ia terlalu sibuk dengan pekerjaannya dan
selalu menelantarkan aku.
“Ya, hallo. Tidak
tidak aku tidak berangkat kerja hari ini. Nenek ku meninggal dunia subuh tadi.
Sekarang aku dirumah duka. Ya tidak apa-apa, kesini saja jika kau mau. Baiklah.”
Akhir-akhir ini
ia rajin mengabsen pagiku dan kegiatanku. Aku merasa begitu nyaman dengan
perhatiannya ini. Aku seperti merasakan ia hadir kembali kedalam hidup ini. Aku
merasa senang ia akan menyusul kesini jika pekerjaanya nanti telah selesai.
Setelah proses
pemakaman selesai hari pun telah beranjak sore. Dan nanti malam seperti telah
menjadi tradisi pasti akan ramai orang berdatangan ke rumah untuk memanjatkan
doa. Dan ia pun datang. Sosok orang yang masih menjadi pujaan hatiku hingga
saat ini.
Keesokkan harinya
seperti biasa aku berangkat bekerja. Hari ini 11 November 2011. Hari yang indah
di temani dengan angka yang cantik pula. Aku berharap kesedihanku ini tidak
menjadi penghalang di hari yang inidah ini. Pagi ini ia menelponku kembali dan
ia berjanji akan menjemputku sepulang kerja dan akan menemaniku ke rumah nenek
ku lagi malam nanti. Untungnya aku tidak ada jadwal kuliah hari itu.
Hari telah
menunjukkan pukul 5 sore. Berarti jam kerja pun berakhir. Sesaat aku menatap ke
pintu keluar, kudapati sosoknya sedang menungguku di depan. Segera aku bergegas
untuk pulang.
Ya seperti
pengharapanku pagi tadi, ternyata hari ini memang begitu indah. Tepat jam 11
malam setelah acara tahlilan di rumah nenek selesai, ia mengantarkan aku pulang
ke rumah. Dan ia mengatakan isi hatinya kepadaku.
“Di hari ini, aku tau ini bukanlah saat yang
tepat. Kau baru saja mendapati musibah. Aku
tau pasti hatimu begitu sedih. Tapi hari ini telah aku rencanakan sejak
berbulan-bulan yang lalu. Aku tak mau menunggu lagi. Menunggu untuk kau mau
kembali menjadi kekasihku lagi.”
Deeep. Aku tertegun
dan terdiam mendengar pernyataannya itu. Ku tarik nafas agar otakku mendapatkan
oksigen dan dapat berfikir dengan cepat. Ia melanjutkan kata-katanya dan aku
terus mendengarkannya sampai ia berhenti dan bertanya.
“Sesungguhnya aku masih sangat mencintaimu. Aku
menginginkan Kiky dan Roy bersatu kembali di hari ini 11 November 2011 tepat di
jam 11 malam ini, kembali menjadi sepasang kekasih yang saling mencintai lagi
seperti pada saat 21 September 2010 yang silam lalu. Untuk itu maukah kau
menjadi kekasihku lagi ?”
Ia menyodorkan
sebuah bantalan boneka berbentuk sapi. Tokoh kesukaanku. Sejenak aku berpikir.
Ya memang benar aku pun juga masih mencintainya. Ia yang telah membantuku
melupakan orang yang paling menyakitkanku. Ia yang dengan begitu sabarnya menungguku
hingga aku bisa moving on kepadanya. Kali ini jika aku harus memintanya
menunggu lagi apakah ia masih mau? Apasih yang aku tunggu? Aku bingung harus
menjawab apa. Tiba-tiba aku teringat dengan Mas Ade yang juga mengatakan
perasaannya beberapa minggu yang lalu kepadaku. Mas Ade sempat mejadi orang
ketiga dalam hubungan ku dulu dengan Roy saat aku memutuskannya. Aku pernah
berpacaran dengan Mas Ade ketika aku berpacaran dengan Roy dulu. Tapi aku telah
menolaknya kali ini. Entah kenapa padahal perasaan suka ku kepada Mas Ade cukup
besar. Aku tak mau lama-lama berpikir lagi.
“Iya. Aku juga
masih mencintaimu. Aku juga ingin kita kembali bersatu seperti dulu. Dan iya
aku mau menjadi kekasihmu lagi.”
Dan itu adalah
hari terindah dalam hidupku meskipun aku sedang dilanda musibah. Detik berganti
detik, menit berganti menit, hari pun berganti hari. Tak terasa telah 8 bulan
berlalu. Hubunganku dengan Roy begitu indah. Jarang sekali kami bertengkar. Berbeda
sekali dengan dulu. Ya aku yakin ini adalah hubunganku yang terakhir. Dengan pria
yang begitu aku sayangi. Aku berjanji kali ini aku tak akan lagi tergoda oleh
pria manapun yang mengusik hubunganku. Karna sekarang aku tau bahwa aku
benar-benar menyayangi dan mencintainya setulus hatiku.
Hari-hari ku
lalui lebih banyak di kampus ketimbang di kantor. Ya perkuliahanku lebih padat
semester ini. Untung saja bos ku yang gendut dan cerewet itu bisa mengerti
posisiku. Tugas kuliah yang begitu banyak memaksaku untuk selalu aktif di dunia
maya baik siang mau pun malam. Ya ampun kuliah sambil bekerja itu sungguh
sangat menyiksa ternyata. Sepulang kerja jam 9 malam aku harus melanjutkan mengerjakan
tugas-tugas hingga terlalu larut malam. Aku jadi jarang menghubungi Roy. Tapi ia
selalu menghubungi aku. Aku lega ternyata ia begitu mengerti dan begitu
perhatian.
Iseng-iseng bosan
aku menatap dan membaca wikipedia aku membuka facebook ku. Membuka-buka
notifikasi yang begitu banyak karena jarang ku buka. Clap. Notif chat berbunyi.
“Hai..”
Aku baca
usernamenya Dino AwAw. Haaha lucu sekali namanya. Sebelum kubalas aku lihat
dulu profilnya. Ternyata kakak tingkatku di kampus.
“Hai juga kakak
J”
“Sedang apa malam-malam begini?”
“Lagi nyari
tugas kuliah. Mumet.”
“Oooh, udah copas aja punya teman.”
“Nggak mau aah.
Itu sama aja nyontek tau”
Percakapan kami
berlanjut hingga larut malam. Ternyata begitu ramah dan asyiknya
berbincang-bincang dengan kakak ini. Tapi mataku terlalu mengantuk dan aku
mengakhirinya dengan tidur.
Aku bangun
kesiangan. Kulihat matahari dengan gagahnya menyinari kamarku. Ku cek ponselku.
Tumben tidak ada sms ataupun telepon dari Roy. Wow. Ternyata udah jam 8 kurang
15 menit. Segera aku bergegas berangkat kuliah. Hari ini matakuliah bahasa
inggris lanjutan dengan miss gendut yang begitu cerewet. Ya begitu sangat
cerewet seperti nenek sihir jika ada mahasiswanya yang datang terlambat. Dan itu
tentu saja aku yang terlambat dan mendapatkan mantra-mantra aneh dari mulutnya
yang bawel itu.
“Andai saja
kalau ia itu beneran nenek sihir mungkin aku telah disihir menjadi kodok. Haaaha.”
Kataku kepada sahabat-sahabatku di kampus seusai perkuliahan. Kata-kataku
terhenti saat aku berpaling dan mendapati sosok pria tinggi hitam manis
tersenyum dengan begitu manisnya ke arah ku.
“Senang amat pagi ini, abis menang lotre ya
?”
Aku hanya
membalas pernyataannya dengan senyuman. Ia langsung berlalu memasuki kelasnya.
Ya ampun tuhan,
aku kira pangeran itu hanya ada di negeri dongeng. Ini makhluk apa yang ada
dihadapanku. Kata-katanya menyihirku dan membuatku tak mampu berkata-kata. Sejenak
aku teringat akan seorang pria dimasa laluku. Begitu mirip dan begitu nyata
berdiri dihadapanku. Ia adalah kakak tingkatku yang chat tadi malam di
facebook. Ternyata bukan hanya di dunia maya saja ramahnya. Di dunia nyata
juga.
Mulai sejak itu
setiap malam aku jadi sering aktif di chat facebook. Dan mengobrol bersama Dino.
Begitu pula di kampus, entah kenapa mengapa aku jadi sering bertemu dengan Dino. Dan ia sering tersenyum kepadaku. Ya ampun senyumannya itu begitu menusuk
ke hati.
Aku
menceritakan ini kepada sahabatku Nila. Tentang kedekatanku dangan Dino. Tapi Nila
memberi respon yang tidak menyenangkan. Ia mengingatkan aku tentang Roy. Ya ampun
hampir saja aku lupa kalau aku sudah mempunyai pacar. Tapi kemana pacarku ini. Kenapa
akhir-akhir ini jarang sekali menghubungiku. Ku ambil ponselku dan
menghubunginya.
“Halo sayang,
kamu masih di kantor? Oooh pantesan hari ini nggak ada ngubungin aku. Ya udah
hati-hati ya kerjanya. Jangat telat makannya dan pakai jaketnya pulangnya. Angin
malam tidak baik untuk kesehatan. Love u sayang.”
Aku menutup
telepon dengan agak kesal. Jutek sekali Roy kepadaku. Tapi ya mungkin karna
memang sedang banyak pekerjaan. Ya sudahlah aku mengambil laptopku dan
mengaktifkan chat facebook ku lagi. Tak lama kemudian bunyi clap menandakan ada
chat yang masuk. Aku menjadi sering tersenyum sejak kedekatanku dengan Dino. Langsung
saja aku tersenyum sendiri begitu melihat username dari si pengirim chat itu Dino AwAw.
Chatting bersama Dino membuatku lupa bahwa sedang kesal kepada Roy. Dino tidak tau kalau aku
telah berpacaran. Dan aku berencanya menyembunyikan fakta itu. Aku senang
berdekatan dengannya. Chatting dengannya membuatku sering tersenyum dan tertawa
sendiri. Rasanya ia begtu pandai menghibur dan menghilangkan kekesalan serta
kebosananku. Berbeda sekali dengan Roy pacarku yang sering membuatku kesal jika
smsan dengannya. Kesal karena sms yang lama dibalas dan kesal karena ia jarang
bercanda. Padahal aku merupakan tipe orang yang suka bercanda. Tapi kenapa
hubunganku bisa bertahan selama ini dengan pria sejutek dia dan sedingin dia
ya? Aku sering bertanya-tanya sendiri dan menjawab sendiri. Menurutku itu lah
cinta yang benar-benar tulus. Kau tidak
akan pernah melihat kekurangannya sedikitpun walaupun itu terlukis jelas
dihadapanmu sebesar batu karang. Cinta yang tulus akan mengerti dan memahami
pasangannya serta menerimanya dengan benar-benar apa adanya pasangannya. Ya jika
dibandingkan dengan Dino tentu saja Roy sangat-sangat memiliki sedikit point
untuk kubandingkan.
Setelah berbulan-bulan
chatting bersama Dino ia pun meminta nomor ponselku. Dan kedekatan kami menjadi lebih intents. Terutama
sejak ia mengajakku pergi berdua bersamanya ke seminar mahasiswa peduli
lingkungan.
Tiba-tiba aku
merasa kehilangan sosok Roy dalam hidupku. Aku merasa ia semakin menjauh dari
hidupku. Kenapa ini. Apa aku salah tidak pernah menghubunginya. Tapi selama aku
tidak menghubunginya biasanya ia yang menghubungiku. Kenapa aku merasa sekarang
kami tidak pernah berhubungan lagi. Aku merasa seakan hubunganku ini
digantungkan olehnya. Walaupun aku banyak menghabiskan hari-hariku dengan
chatting bersama Dino tetap saja aku merasa seperti ada yang kurang dalam
hidupku saat aku tidak mengetahui kabar kekasihku.
Semenjak itu
aku mengalah. Biarlah aku sekarang yang selalu menghubungi Roy. Mungkin ia
begitu sibuk dengan pekerjaannya di kantor. Tak ada lagi waktunya untuk
memperhatikan aku. Mungkin inilah saatnya aku yang memperhatikannya. Jika kuingat
aku sedikit sekali memperhatikannya. Aku malah lebih memperhatikan Dino yang
bukan siapa-siapaku. Aku merasa bersalah sekali. Jangan sampai aku mendua untuk
yang kedua kalinya kali ini. Aku ingin Roy adalah pacar terakhirku dan untuk
selamanya. Roy tidak pernah mengetahui hal ini. Antara aku dan dia begitu
tertutup masalah masa lalu. Yang sering kami bicaran hanya kehidupan yang saat
ini kami lalui bersama. Ia tidak pernah tau masa laluku. Dan aku pun tidak
pernah mengetahui sedikitpun masa lalunya. Bahkan tidak juga untuk keluarga
serta teman-temannya. Sangat aneh pikirku. Tapi lagi-lagi aku menjawab inilah
cintaku.
Saat aku
mencari-cari perhatian dari kekasihku Roy, perlahan aku menjauhi Dino. Aku ingat
akan janjiku untuk tidak akan menduakannya lagi. Dino memperlihatkan sikap yang
kurang menyenangkan sekarang di kampus. Bicaranya sedikit agak kasar. Ia mulai
menegurku dengan sebutan “Hai Sombong” dan aku pun tidak lagi membalasnya dengan
senyuman. Biasanya kami saling sapa dan saling tersenyum. Sekarang saling
dingin dan saling jutek.
Roy belum
kembali ke kehidupanku. Bahkan aku merasa ia semakin melangkah menjauh dari
hidupku. Sekarang aku menjauh dari Dino membuatku merasa sangat teramat
kesepian. Aku merasa seolah hidupku bagaikan di pulau terpencil hanya sebatang
kara di dalam kegelapan yang aku tak tau mau kemana aku melangkah. Apakah menuju
Roy yang berjalan menjauh. Atau kah aku melangkah kembali kepada DIno setelah
aku menjauhinya?
Tuhan sekarang
aku begitu mengakui kekuasaan dan kebesaranmu. Ternyata kau begitu adil. Aku sadar
tak mungkin aku memiliki keduanya disaat yang bersamaan. Tapi saat ini tak
satupun dari keduanya berada didekatku. Aku teringat akan sebuah peribahasa. Tak
akan ada yang kedua jika kau benar-benar
mencintai yang pertama.
Aku bertanya
dalam hati apakah aku benar-benar mencinatai Roy? Jika benar aku mencintainya
kenapa aku bisa begitu mudah berdekatan dengan Dino. Apakah Dino si yang kedua
? Kenapa bisa seperti ini? Roy dan Dino dua pria yang mencabik-cabik hatiku. Membuat
aku dalam keterputus asaanku.
2 bulan aku
menjalani hidup dalam kesendirianku. Hanya sahabatku yang selalu menemani dan
selalu menasehatiku. Nila yang selalu mengingatkan aku agar jangan ceroboh dan
agar aku jangan sampai jatuh cinta kepada Dino. Dan ternyata sekarang aku
terperangkap dalam dua hati yang aku cintai. Ini adalah bulan kelahiranku. Dan aku
benar-benar mengalami ulang tahun terburuk tahun ini disaat kondisi hati yang
galau seperti ini.
September telah
berlalu, Roy mulai kembali menghubungiku. Aku merasakan sedikit senang. Tapi kenapa
aku menjadi memikirkan Dino yang tak kunjung jua menghubungiku lagi. Hubunganku
dengan Roy menjadi hambar sekarang. Aku sudah tidak peduli lagi. Entah dia
menghubungiku lagi ntah tidak. Aku menjadi sangat malas untuk menghubunginya
lagi. Aku menunggu-nuggu Dino.
Oktober berlalu
dan November perlahan menghampiri. 11 November 2012 nanti satu tahun hubunganku
dengan Roy. Aku menjadi semakin galau. Apakah aku akan melanjutkan hubungan ini
atau mengakhirinya. Dino, Dino, dan Dino entah kenapa selalu mengusik dan
selalu membingungkan aku untuk memutuskan ini.
Malam ini 10
November 2012, aku merasa telah sangat teramat yakin untuk menghubungi Roy dan
mengatakan bahwa hubungan aku dan dirinya cukup sampai disini. Begitu pula
antara aku dan Dino cukup sampai malam ini juga. Aku akan mengakhiri keduanya. Biarlah
aku menjalani hidupku kini sendiri tanpa salah satu diantara keduanya. Dan aku
akan selalu menepati janjiku. Roy adalah pacar terakhirku. Dan Dino tidak akan
pernah menjadi pacarku walaupun aku merasakan ada cinta diantara kami. Dan siapapun
pria yang datang di hidupku selanjutnya tidak akan pernah menjadi pacarku.
Biarlah kini
aku sendiri menikmati keegoisanku yang dulu pernah menginginkan mereka berdua karena aku bukan kekasih yang setia.